Moga  Membawa keberkahan...^o^
✿ Prinsip ABC ✿
✩ A  mbil yang baik
✩ B uang yang buruk
✩ C iptakan yang baru
Bukan  Pria Idaman
At Tauhid edisi VII/08
Oleh: Muhammad  Abduh Tuasikal
Manusia   idaman sejati adalah makhluk  langka. Begitu banyak ujian dan rintangan   untuk menjadi seorang idaman  sejati. Kebalikannya, yang bukan idaman   malah tersebar ke mana-mana.  Inilah yang akan kita bahas pada kesempatan   kali ini. Siapakah pria  yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan   hati? Apa saja ciri-ciri  mereka? Mudah-mudahan -dengan izin Allah- kami   dapat mengungkapkannya  pada tulisan yang singkat ini.
Ciri Pertama: Akidahnya  Amburadul
Di   antara ciri pria semacam ini adalah ia  punya prinsip bahwa jika cinta   ditolak, maka dukun pun bertindak. Jika  sukses dan lancar dalam bisnis,   maka ia pun menggunakan jimat-jimat.  Ingin buka usaha pun ia memakai   pelarisan. Jika berencana nikah, harus  menghitung hari baik terlebih   dahulu. Yang jadi kegemarannya agar  hidup lancar adalah mempercayai   ramalan bintang agar semakin PD dalam  melangkah.
Inilah  ciri pria  yang tidak pantas dijadikan  idaman. Akidah yang ia miliki  sudah jelas  adalah akidah yang rusak.  Ibnul Qayyim mengatakan,  “Barangsiapa yang  hendak meninggikan  bangunannya, maka hendaklah dia  mengokohkan  pondasinya dan memberikan  perhatian penuh terhadapnya.  Sesungguhnya  kadar tinggi bangunan yang  bisa dia bangun adalah  sebanding dengan  kekuatan pondasi yang dia  buat. Amalan manusia adalah  ibarat bangunan  dan pondasinya adalah  iman.” (Al Fawaid). Berarti jika  aqidah dan iman  seseorang rusak  -padahal itu adalah pokok atau  pondasi-, maka bangunan  di atasnya pun  akan ikut rusak. Perhatikanlah  hal ini!
Ciri Kedua:  Menyia-nyiakan Shalat
Tidak   shalat jama’ah di masjid  juga menjadi ciri pria bukan idaman. Padahal   shalat jama’ah bagi pria  adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan   dalam al Qur’an dan  berbagai hadits.
Diriwayatkan dari  Abu  Hurairah, seorang  lelaki buta datang kepada Rasulullah shallallahu   ’alaihi wa sallam  dan berkata, ”Wahai Rasulullah, saya  tidak memiliki   penunjuk jalan  yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.”   Maka ia meminta  keringanan kepada Rasulullah untuk tidak shalat   berjama’ah dan agar  diperbolehkan shalat di rumahnya. Kemudian   Rasulullah memberikan  keringanan kepadanya. Namun  ketika lelaki itu   hendak beranjak,  Rasulullah memanggilnya lagi dan bertanya, “Apakah kamu   mendengar  adzan?” Ia menjawab, ”Ya”. Rasulullah bersabda, ”Penuhilah   seruan  (adzan) itu.” (HR. Muslim). Orang buta ini tidak dibolehkan   shalat di  rumah apabila dia mendengar adzan. Hal ini menunjukkan bahwa   memenuhi  panggilan adzan adalah dengan menghadiri shalat jama’ah. Hal   ini  ditegaskan kembali dalam hadits Ibnu Ummi Maktum. Dia berkata,   “Wahai  Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas.   Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar   seruan  adzan hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah    seruan adzan tersebut”.” (HR. Abu Daud, Shahih)
Lihatlah    laki-laki tersebut memiliki beberapa udzur: [1] dia adalah seorang   yang  buta, [2] dia tidak punya teman sebagai penunjuk jalan untuk   menemani,  [3] banyak sekali tanaman, dan [4] banyak binatang buas.   Namun karena   dia mendengar adzan, dia tetap diwajibkan menghadiri   shalat jama’ah.  Walaupun punya berbagai macam udzur semacam ini, Nabi   shallallahu  ‘alaihi wa sallam tetap memerintahkan dia untuk memenuhi   panggilan adzan  yaitu melaksanakan shalat jama’ah di masjid. Bagaimana   dengan orang  yang dalam keadaan tidak ada udzur sama sekali, masih   diberi kenikmatan  penglihatan dan sebagainya?! Imam Asy Syafi’i sendiri   mengatakan,  “Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan   bagi seorang pun  untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” (Ash   Sholah wa Hukmu  Tarikiha)
Jika pria yang menyia-nyiakan   shalat berjama’ah di  masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas   bagaimana lagi dengan  pria yang tidak menjalankan shalat berjama’ah   sendirian maupun secara  berjama’ah?!
Ibnu Qayyim Al   Jauziyah dalam kitabnya Ash Sholah wa  Hukmu Tarikiha, mengatakan, ”Kaum   muslimin tidaklah berselisih pendapat  (sepakat) bahwa meninggalkan   shalat wajib (shalat lima waktu) dengan  sengaja adalah dosa besar yang   paling besar dan dosanya lebih besar dari  dosa membunuh, merampas  harta  orang lain, zina, mencuri, dan minum  minuman keras. Orang yang   meninggalkannya akan mendapat hukuman dan  kemurkaan Allah serta   mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Ciri Ketiga:  Sulit Menundukkan Pandangan
Inilah   ciri berikutnya,  yaitu pria yang sulit menundukkan pandangan ketika   melihat wanita.  Inilah ciri bukan pria idaman. Karena Allah Ta’ala   berfirman (yang  artinya), “Katakanlah kepada orang laki-laki yang   beriman: “Hendaklah  mereka menahan pandanganya, dan memelihara   kemaluannya; yang demikian  itu adalah lebih suci bagi mereka,   sesungguhnya Allah Maha Mengetahui  apa yang mereka perbuat”.” (QS. An   Nur: 30)
Dalam ayat  ini, Allah memerintahkan kepada para  pria  yang beriman untuk  menundukkan pandangan dari hal-hal yang  diharamkan  yaitu wanita yang  bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja  memandang  wanita yang bukan  mahrom, maka hendaklah ia segera  memalingkan  pandangannya.
Dari  Jarir bin Abdillah, beliau  mengatakan, “Aku  bertanya kepada  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa  sallam tentang  pandangan yang cuma  selintas (tidak sengaja). Kemudian  Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa  sallam memerintahkan kepadaku agar  aku segera  memalingkan  pandanganku.” (HR. Muslim)
Boleh  jadi laki-laki  tersebut  jika telah menjadi suami malah memandang lawan  jenisnya  sana-sini  ketika istrinya tidak melihat. Kondisi seperti ini  pun telah  ditegur  dalam firman Allah (yang artinya), “Dia mengetahui  (pandangan)  mata  yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”  (QS. Ghofir:  19)
Ibnu  ‘Abbas ketika membicarakan ayat di  atas, beliau  mengatakan bahwa yang  disebutkan dalam ayat tersebut  adalah seorang yang  bertamu ke suatu  rumah. Di rumah tersebut ada  wanita yang berparas  cantik. Jika tuan  rumah yang menyambutnya  memalingkan pandangan, maka  orang tersebut  melirik wanita tadi. Jika  tuan rumah tadi  memperhatikannya, ia pun  pura-pura menundukkan  pandangan. Dan jika tuan  rumah sekali lagi  berpaling, ia pun melirik  wanita tadi yang berada di  dalam rumah. Jika  tuan rumah sekali lagi  memperhatikannya, maka ia pun  pura-pura  menundukkan pandangannya. Maka  sungguh Allah telah mengetahui  isi hati  orang tersebut yang akan  bertindak kurang ajar. Kisah ini   diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan  disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam   tafsirnya. Ibnu ‘Abbas mengatakan,  “Allah itu mengetahui setiap mata   yang memandang apakan ia ingin  khianat ataukah tidak.” Demikian pula   yang dikatakan oleh Mujahid dan  Qotadah. (Tafsir Ibnu Katsir)
Ciri  Keempat: Senangnya Berdua-duaan
Inilah   sikap pria yang  tidak baik yang sering mengajak pasangannya yang belum   halal baginya  untuk berdua-duaan (baca: berkhalwat). Berdua-duaan   (khokwat) di sini  bisa pula bentuknya tanpa hadir dalam satu tempat,   namun lewat pesan  singkat (sms), lewat kata-kata mesra via FB dan   lainnya. Seperti ini  pun termasuk semi kholwat yang juga terlarang.
Dari   Ibnu  Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah    seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama    mahromnya.” (HR. Bukhari) Dalam hadits lain disebutkan, “Janganlah    seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal    baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara    mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad. Shahih    dilihat dari jalur lain)
Ciri Kelima: Tangan Suka Usil
Ini    juga bukan ciri pria idaman. Tangannya suka usil menyalami wanita  yang   tidak halal baginya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun   ketika  berbaiat dan kondisi lainnya tidak pernah menyentuh tangan   wanita yang  tidak halal baginya.
Dari Abdulloh bin ‘Amr,   ”Sesungguhnya  Rasulullah tidak pernah berjabat tangan dengan wanita   ketika berbaiat.”  (HR. Ahmad. Shahih). Dari Umaimah bintu Ruqoiqoh dia   berkata,  ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,   “Sesungguhnya aku  tidak pernah menjabat tangan para wanita, hanyalah   perkataanku untuk  seratus orang wanita seperti perkataanku untuk satu   orang wanita.” (HR.  Tirmidzi, Nasai, Malik. Shahih)
Ciri  Keenam: Tanpa Arah yang Jelas
Rasulullah   shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang dianggap telah   berdosa jika ia  menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR.   Muslim)
Berarti  kriteria pria idaman adalah ia  bertanggungjawab  terhadap istrinya  dalam hal nafkah. Sehingga seorang  pria harus memiliki  jalan hidup  yang jelas dan tidak boleh ia hidup  tanpa arah yang sampai   menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau  pun sejak muda, ia sudah   memikirkan bagaimana kelak ia bisa menafkahi  istri dan anak-anaknya.  Di  antara bentuk persiapannya adalah dengan  belajar yang giat sehingga   kelak bisa dapat kerja yang mapan atau bisa  berwirausaha mandiri.
Begitu   pula hendaknya ia tidak  melupakan istrinya untuk diajari agama.  Karena  untuk urusan dunia mesti  kita urus, apalagi yang sangkut  pautnya dengan  agama yang merupakan  kebutuhan ketika menjalani hidup  di dunia dan  akhirat. Sehingga sejak  dini pun, seorang pria sudah  mulai membekali  dirinya dengan ilmu agama  yang cukup untuk dapat  mendidik istri dan  keluarganya.
Sehingga  dari sini,  seorang pria yang kurang  memperhatikan agama dan urusan  menafkahi  istrinya patut dijauhi karena  ia sebenarnya bukan pria idaman  yang  baik.
Mudah-mudahan tulisan  ini bisa sebagai  petunjuk  bagi para wanita muslimah yang ingin memilih  laki-laki yang  pas untuk  dirinya. Dan juga bisa menjadi koreksi untuk  pria agar selalu   introspeksi diri. Nasehat ini pun bisa bermanfaat bagi  setiap orang   yang sudah berkeluarga agar menjauhi sifat-sifat keliru di  atas.   Wallahu waliyyut taufiq.  [Muhammad Abduh Tuasikal]
Keep  Istiqomah wa HAMASAH...^_^
Semoga   dalam setiap  jari ini  mengetik, berbuah kata, kalimat, serta  artikel   sederhana,  tidak hanya  menambah wawasan tetapi juga ketaqwaan  kita   pada-Nya.
Alhaqqu   mirrobbika falaa takumminal mumtariin    (kebenaran itu datangnya dari   Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk    orang2 yang ragu)
Allahu  a‘lam Bish-showab.

 







 
0 comments:
Post a Comment